Gadis Kecil Cina Korban Tabrak Lari Akhirnya Meninggal
Hal tersebut dilaporkan oleh pihak rumah sakit yang merawat dirinya, Jumat (21/10).
Kamera pengintai menayangkan cuplikan dari sejumlah orang berjalan cuek melewati gadis berusia dua tahun bernama Yue Yue , saat dirinya terbaring tak sadarkan diri dan mengalami pendarahan. Hal itu memicu gelombang kecaman dan sangat populer di situs jaringan sosial Weibo Cina.
Hanya seorang pemulung yang berbaik hati membantu memindahkan gadis itu ke sisi jalan di kota selatan Cina, Foshan. Sang penolong dielu-elukan sebagai pahlawan nasional dan mendapat imbalan hadiah. Tapi insiden tersebut juga sontak menyebabkan banyak komentator online mempertanyakan moralitas warga negara Cina.
"Yue Yue meninggal karena kegagalan organ sistemik," kata juru bicara rumah sakit tersebut.
Juru bicara RS menambahkan bahwa ada biaya yang terlalu besar untuk mencoba menyelamatkan si gadis kecil, sayang orang tuanya adalah pekerja migran.
Sebelumnya dokter juga menerangkan bahwa Yue Yue yang telah dalam keadaan koma sejak insiden 13 Oktober lalu, tidak ada kemungkinan untuk bertahan hidup.
Kini, kematian Yue Yue menjadi salah satu topik yang paling populer di weibos Cina, situs microblogging mirip dengan Twitter. Pada hari Jumat sebagian orang menyatakan kesedihan dan kemarahannya atas insiden tersebut.
"Selamat berpisah Yue Yue kecil. Ada mobil di surga," tulis salah satu microblogger di Weibo Cina.
"Salam perpisahan Yue Yue dan jangan lahir di Cina dalam kehidupan berikutnya," tulis pengguna Weibo lain.
Kabarnya, polisi telah menahan pengemudi kedua kendaraan yang terlibat dalam insiden itu. (*/abi)
Balita itu Sempat koma.
Kamis, 20 Oktober 2011, 16:45 WIB
Denny Armandhanu
Yueyue, bocah korban tabrak lari di China
(Dailymail)
VIVAnews - Insiden pengabaian publik terhadap bocah dua
tahun yang ditabrak lari di kota Foshan,
provinsi Guangdong,
membuka banyak kesadaran, termasuk dari pemerintah daerah. Dilaporkan, beberapa
unsur di pemerintahan provinsi menggagas peraturan baru untuk mencegah hal
serupa terjadi lagi.
Dilansir dari laman China Daily, Kamis 20 Oktober 2011, para pejabat pemerintahan dari Partai Komunis berharap peristiwa ini dapat menjadi landasan dibuatnya peraturan baru. Mereka menggagas peraturan yang menjadikan sikap acuh dan tidak membantu mereka yang kesulitan sebagai pelanggaran hukum.
"Kebanyakan peraturan di China, termasuk larangan berkendara saat mabuk, diloloskan setelah ada kasus besar yang melibatkan seseorang. Jika kita bisa menggunakan hukum untuk menuntun moral dan etika, maka masyarakat kita tidak akan terpuruk," kata seorang pengacara Zhu Yongping.
Diskusi mengenai hal ini telah dilakukan oleh sedikitnya 10 partai dan pemerintah lokal, serta beberapa organisasi kemasyarakatan di Guangdong. Di antara organisasi-organisasi tersebut adalah komisi politik dan hukum, federasi perempuan China, akademi ilmu sosial dan Liga Pemuda Komunis.
Kantor berita BBC melaporkan, gagasan peraturan baru tersebut banyak ditentang masyarakat melalui survei di internet. "Sebelum itu, pikirkan dulu bagaimana jadi orang yang beradab," kata salah seorang pengguna internet.
Insiden memilukan menimpa bocah dua tahun bernama Yueyue yang terekam dalam kamera CCTV. Yueyue dilindas oleh mobil sebanyak dua kali. Sebanyak 18 orang yang melintas mengacuhkan Yueyue yang terkapar bersimbah darah. Seorang pemulung tua menyelamatkan Yueyue yang langsung dilarikan ke rumah sakit.
Karena hebatnya tabrakan, saat ini Yueyue masih dalam keadaan koma. Dokter menyatakan otaknya sudah mati dan tidak lagi berfungsi. Kini hidupnya bergantung pada alat penopang kehidupan.
Peristiwa ini memicu kemarahan publik China dan dunia. Dalam berbagai situs media sosial, masyarakat mengutuk tindakan pengabaian Yueyue sebagai tindakan tidak beradab dan tidak bermoral. (umi)
Dilansir dari laman China Daily, Kamis 20 Oktober 2011, para pejabat pemerintahan dari Partai Komunis berharap peristiwa ini dapat menjadi landasan dibuatnya peraturan baru. Mereka menggagas peraturan yang menjadikan sikap acuh dan tidak membantu mereka yang kesulitan sebagai pelanggaran hukum.
"Kebanyakan peraturan di China, termasuk larangan berkendara saat mabuk, diloloskan setelah ada kasus besar yang melibatkan seseorang. Jika kita bisa menggunakan hukum untuk menuntun moral dan etika, maka masyarakat kita tidak akan terpuruk," kata seorang pengacara Zhu Yongping.
Diskusi mengenai hal ini telah dilakukan oleh sedikitnya 10 partai dan pemerintah lokal, serta beberapa organisasi kemasyarakatan di Guangdong. Di antara organisasi-organisasi tersebut adalah komisi politik dan hukum, federasi perempuan China, akademi ilmu sosial dan Liga Pemuda Komunis.
Kantor berita BBC melaporkan, gagasan peraturan baru tersebut banyak ditentang masyarakat melalui survei di internet. "Sebelum itu, pikirkan dulu bagaimana jadi orang yang beradab," kata salah seorang pengguna internet.
Insiden memilukan menimpa bocah dua tahun bernama Yueyue yang terekam dalam kamera CCTV. Yueyue dilindas oleh mobil sebanyak dua kali. Sebanyak 18 orang yang melintas mengacuhkan Yueyue yang terkapar bersimbah darah. Seorang pemulung tua menyelamatkan Yueyue yang langsung dilarikan ke rumah sakit.
Karena hebatnya tabrakan, saat ini Yueyue masih dalam keadaan koma. Dokter menyatakan otaknya sudah mati dan tidak lagi berfungsi. Kini hidupnya bergantung pada alat penopang kehidupan.
Peristiwa ini memicu kemarahan publik China dan dunia. Dalam berbagai situs media sosial, masyarakat mengutuk tindakan pengabaian Yueyue sebagai tindakan tidak beradab dan tidak bermoral. (umi)
• VIVAnews
VIVAnews - Bocah wanita dua tahun yang dilindas dua mobil
dan dibiarkan terkapar di jalan kota Foshan,
provinsi Guangzhou, China, tidak memiliki lagi harapan
untuk hidup. Sekarang, orangtua bocah bernama Yueyue itu harus membuat
keputusan yang luar biasa sulit.
Dokter di rumah sakit militer Guangzhou yang merawat Yueyue telah memastikan otak bocah malang itu telah mati dan tidak berfungsi. Dengan demikian, Yueyue ibarat mayat hidup. Bernafas, tapi tidak bisa melakukan apapun. Tinggal menunggu waktu sampai hembusan nafasnya yang terakhir.
"Yueyue dalam keadaan koma berat dan secara klinis otaknya sudah mati," kata dokter yang tidak disebutkan namanya tersebut, dilansir dari laman Xinhua, Rabu 19 Oktober 2011.
Orangtua Yueyue yang hanya seorang pekerja miskin, kini mengambil keputusan pahit; kapan waktu yang tepat mencabut alat penopang kehidupan gadis cilik itu. Keputusan yang tidak diinginkan orangtua manapun di dunia.
Kondisi kesehatan Yueyue, yang berarti kebahagiaan kecil, dilaporkan secara langsung di sebuah situs di internet khusus mengulas masalah ini. Berbagai spekulasi berdatangan.
Dokter di rumah sakit militer Guangzhou yang merawat Yueyue telah memastikan otak bocah malang itu telah mati dan tidak berfungsi. Dengan demikian, Yueyue ibarat mayat hidup. Bernafas, tapi tidak bisa melakukan apapun. Tinggal menunggu waktu sampai hembusan nafasnya yang terakhir.
"Yueyue dalam keadaan koma berat dan secara klinis otaknya sudah mati," kata dokter yang tidak disebutkan namanya tersebut, dilansir dari laman Xinhua, Rabu 19 Oktober 2011.
Orangtua Yueyue yang hanya seorang pekerja miskin, kini mengambil keputusan pahit; kapan waktu yang tepat mencabut alat penopang kehidupan gadis cilik itu. Keputusan yang tidak diinginkan orangtua manapun di dunia.
Kondisi kesehatan Yueyue, yang berarti kebahagiaan kecil, dilaporkan secara langsung di sebuah situs di internet khusus mengulas masalah ini. Berbagai spekulasi berdatangan.
Awalnya dikatakan Yueyue mulai membaik, kondisinya sudah stabil, namun
memang otaknya masih belum pulih. Namun, pada Rabu sore laporan kondisi Yueyue
terhenti. Awalnya, dikatakan Yueyue telah meninggal, namun hal ini tidak dapat
dikonfirmasi.
Insiden yang menimpa Yueyue mengundang kemarahan publik China dan dunia. Tubuh mungil Yueyue dilindas mobil van, terkapar penuh darah. Tapi para pejalan kaki yang melintas hanya melihat tanpa memberikan bantuan. Beruntung, seorang pemulung tua membantu gadis kecil ini.
Jutaan pengguna internet di China menyampaikan komentar murka mereka. Kebanyakan mengatakan bahwa ada yang salah dengan modernisasi di China dan mempertanyakan slogan harmonisasi yang diusung pemerintah China.
Kasus Yueyue seakan menambah satu lagi kemarahan yang dialami China. Sebelumnya, China dikatakan telah menderita akibat korupsi di tubuh politik dan bisnis, lemahnya penegakan hukum, polusi yang menyebabkan angka penderita kanker bertambah, dan semakin lebarnya jurang si kaya dan si miskin.
Insiden yang menimpa Yueyue mengundang kemarahan publik China dan dunia. Tubuh mungil Yueyue dilindas mobil van, terkapar penuh darah. Tapi para pejalan kaki yang melintas hanya melihat tanpa memberikan bantuan. Beruntung, seorang pemulung tua membantu gadis kecil ini.
Jutaan pengguna internet di China menyampaikan komentar murka mereka. Kebanyakan mengatakan bahwa ada yang salah dengan modernisasi di China dan mempertanyakan slogan harmonisasi yang diusung pemerintah China.
Kasus Yueyue seakan menambah satu lagi kemarahan yang dialami China. Sebelumnya, China dikatakan telah menderita akibat korupsi di tubuh politik dan bisnis, lemahnya penegakan hukum, polusi yang menyebabkan angka penderita kanker bertambah, dan semakin lebarnya jurang si kaya dan si miskin.
Masyarakat Foshan, China, mengacuhkan balita yang tertabrak van di
jalan. (TVS)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Entah apa yang ada di benar warga Provinsi Guangdong,
China. Mereka
tega membiarkan seorang bayi berusia dua tahun tergeletak bersimbah darah di
tengah jalan. Banyak di antara warga setempat hanya melintas santai dan
melaluinya begitu saja. Padahal balita perempuan malang itu baru saja ditabrak dua mobil dan
butuh pertolongan segera.
Peristiwa tragis ini terekam kamera pengawas dan disiarkan oleh stasiun televisi Guandong Selatan (TVS) serta dilansir kantor berita Xinhua, Senin 17 Oktober 2011. Tak pelak, rekaman itu menuai kecaman dan dikutuk masyarakat dan media China. Mereka menyatakan kejadian ini merupakan bukti ambruknya moral masyarakat Negeri Tirai Bambu.
Dalam rekaman tersebut terlihat balita itu ditabrak lari oleh sebuah van berwarna putih di jalan seberang pasar di kota Foshan, Guangdong, pada 13 Oktober lalu. Dengan tubuh berlumuran darah, gadis malang itu terkapar tak berdaya di aspal. Terlihat pada rekaman, puluhan orang yang lalu lalang di sekelilingnya, baik bersepeda maupun berjalan kaki, hanya melihat tak acuh, melengos, dan berlalu begitu saja. Tak satupun dari mereka tergerak menolong.
Peristiwa tragis ini terekam kamera pengawas dan disiarkan oleh stasiun televisi Guandong Selatan (TVS) serta dilansir kantor berita Xinhua, Senin 17 Oktober 2011. Tak pelak, rekaman itu menuai kecaman dan dikutuk masyarakat dan media China. Mereka menyatakan kejadian ini merupakan bukti ambruknya moral masyarakat Negeri Tirai Bambu.
Dalam rekaman tersebut terlihat balita itu ditabrak lari oleh sebuah van berwarna putih di jalan seberang pasar di kota Foshan, Guangdong, pada 13 Oktober lalu. Dengan tubuh berlumuran darah, gadis malang itu terkapar tak berdaya di aspal. Terlihat pada rekaman, puluhan orang yang lalu lalang di sekelilingnya, baik bersepeda maupun berjalan kaki, hanya melihat tak acuh, melengos, dan berlalu begitu saja. Tak satupun dari mereka tergerak menolong.
Gara-gara ketidakpedulian yang luar biasa itu, derita sang balita bertambah
berat. Sebuah van kembali menabraknya dan lagi-lagi tancap gas. Beruntung, ada
seorang pemulung tua yang menyelamatkan gadis itu dan menyerahkannya ke
ibunya.
Gadis kecil yang tidak disebutkan namanya tersebut berada dalam keadaan
koma. Nyawanya bergantung pada alat penopang kehidupan di sebuah rumah sakit
militer. Polisi mengatakan kedua pengemudi van telah ditahan. Namun itu tak
menyurutkan amarah publik China,
yang berang melihat begitu rendahnya empati warga Foshan.
Kemarahan publik ditumpahkan di media massa maupun berbagai forum di Internet. Mereka mempertanyakan ke mana moral bangsa China yang sempat mereka bangga-banggakan dulu.
Kemarahan publik ditumpahkan di media massa maupun berbagai forum di Internet. Mereka mempertanyakan ke mana moral bangsa China yang sempat mereka bangga-banggakan dulu.
"Masyarakat kita sakit. Bahkan kucing dan anjing tidak pantas
diperlakukan seperti itu," ujar salah seorang pengguna Internet.
Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat moral masyarakat China memang menjadi isu panas. Gara-gara derasnya kapitalisme dan materialisme, nilai-nilai kemanusiaan di China dikatakan memudar.
Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat moral masyarakat China memang menjadi isu panas. Gara-gara derasnya kapitalisme dan materialisme, nilai-nilai kemanusiaan di China dikatakan memudar.
Peristiwa memiriskan itu memang bukan baru kali pertama terjadi.
Pada 2 September lalu, seorang tua berusia 88 tahun jatuh pingsan di jalan. Wajahnya menghantam trotoar. Nahas, tak ada seorang pun yang datang membantunya. Dia pun meninggal akibat darah yang keluar dari hidungnya menyumbat saluran nafasnya. (umi)
Pada 2 September lalu, seorang tua berusia 88 tahun jatuh pingsan di jalan. Wajahnya menghantam trotoar. Nahas, tak ada seorang pun yang datang membantunya. Dia pun meninggal akibat darah yang keluar dari hidungnya menyumbat saluran nafasnya. (umi)
• VIVAnews
BBC News:
Balita perempuan di Cina yang ditabrak dua kali dan dibiarkan
oleh 18 orang yang lewat, akhirnya meninggal dunia.
Ketika dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma, para dokter sudah
mengatakan kecil kemungkinan Wang Yue bisa pulih kembali.
Seorang juru bicara rumah sakit di provinsi Guangdong mengatakan anak
perempuan meninggal karena 'gagalnya sistem organ tubuh' dan menambahkan tidak
ada biaya yang dikenakan dalam upaya menyelamatkannya.
Kematian Wang Yue menjadi topik yang hangat di Weibo -situs jejaring sosial
Cina- dan sejumlah orang mengungkapkan kesedihan maupun kemarahan atas insiden
yang menimpanya.
"Selamat jalan Wang Yue kecil. Tidak ada mobil di surga," tulis
seorang anggota Weibo.
Sementara itu pemerintah provinsi Guangdong sedang mempertimbangkan
undang-undang yang mengharuskan seseorang membantu orang yang jelas sedang
berada dalam keadaan bahaya.
Beberapa komentar di internet menentang gagasan itu dan ada yang mengatakan
kalau mereka membantu maka kemudian mereka yang dituduh bertanggung jawab.
Moralitas Cina
Bagaimanapun beberapa organisasi sosial di Guangdong mencari jalan agar
orang terdorong membantu orang lain yang sedang terancam bahaya.
Insiden Wang Yue di kota Foshan pekan kedua Oktober memicu kemarahan umum di
Cina.
Kamera pengamat memperlihatkan seorang anak perempuan ditabrak di sebuah
pasar di tempat ibunya berjualan. Mobil barang yang menabrak lari
meninggalkannya tergeletak di jalanan.
Dan 18 orang yang lewat di jalan itu membiarkan begitu saja anak perempuan
yang cedera dan sebuah mobil barang menabrak lagi kaki Wang Yue dan tidak ada
yang berhenti untuk membantu atau sekedar memeriksa kondisinya.
Akhirnya seorang pengumpul sampah yang membantu Wang Yue dan dia dipuji
sebagai pahlawan sementara muncul pertanyaan tentang moralitas warga Cina saat
ini.
Polisi sudah menangkap dua pengemudi mobil barang yang menabrak Wang Yue.
Media dan pengguna internet di Cina menyuarakan kemarahan
terhadap insiden tabrak lari yang melibatkan seorang balita dua tahun yang
diabaikan tanpa pertolongan oleh orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
Situs mikroblogging Weibo kebanjiran komentar yang mengutuk sikap warga.
"Bahkan babi dan anjing lebih baik dibanding mereka!" kata seorang
kontributor mengecam warga yang melewati lokasi kejadian.
"Kini orang mengabaikan segalanya kecuali uang. Masyarakat sangat
memerlukan orang-orang yang berhati nurani."
Balita perempuan itu ditabrak mobil van Kamis lalu (13/10) di kota Foshan.
Insiden ini terekam dalam kamera pengawas dan disiarkan oleh media setempat.
Rekaman gambar menunjukkan mobil van menabrak balita, berhenti sebentar
ketika balita berada di bawah kendaraan dan mobil kemudian lari melindas kaki
balita.
Dilema
Pengguna internet mengecam sikap warga yang dianggap tidak
mmepunyai hati nurani
Setelah mobil van tancap gas, puluhan pejalan kaki termasuk seorang ibu
dengan anaknya, pengendara sepeda motor dan kendaraan lain melihat balita
tergeletak di jalan tetapi mereka semua berlalu tanpa berhenti memberikan
bantuan.
Beberapa menit kemudian balita itu ditabrak kendaraan lain.
Seorang petugas kebersihan akhirnya menolong balita dan memindahkannya ke
pinggir jalan dan mulai mencari ibunya.
Balita bernama Yue Yue kemudian dibawa ke rumah sakit untuk menjalani
operasi tetapi pada hari Minggu kemarin dia dinyatakan mati otak, lapor harian China
Daily.
Menurut China Daily, Yue Yue pisah dengan ibunya ketika ibunya
mengambil cucian.
Pihak berwenang telah menangkap kedua pengemudi mobil itu tetapi kemarahan
terus berlanjut.
Sebagian kalangan mengatakan mereka memahami dilema warga di sekitar lokasi
kejadian.
Bila mereka memberikan pertolongan mereka mungkin harus menanggung biaya
yang timbul atau justru dituding bersalah atas kecelakaan tersebut.