Dengan Filosopi Semut Gotong Royong, Kita Menjalin Kebersamaan, Saling Berbagi Informasi, Kita Ciptakan Kerukunan Antar Sesama.

“China” Warga Acuh meskipun sudah bersimbah Darah .

Balita itu kini koma.

Kamis, 20 Oktober 2011, 16:45 WIB
Denny Armandhanu

Yueyue, bocah korban tabrak lari di China (Dailymail)
VIVAnews - Insiden pengabaian publik terhadap bocah dua tahun yang ditabrak lari di kota Foshan, provinsi Guangdong, membuka banyak kesadaran, termasuk dari pemerintah daerah. Dilaporkan, beberapa unsur di pemerintahan provinsi menggagas peraturan baru untuk mencegah hal serupa terjadi lagi.

Dilansir dari laman China Daily, Kamis 20 Oktober 2011, para pejabat pemerintahan dari Partai Komunis berharap peristiwa ini dapat menjadi landasan dibuatnya peraturan baru. Mereka menggagas peraturan yang menjadikan sikap acuh dan tidak membantu mereka yang kesulitan sebagai pelanggaran hukum.

"Kebanyakan peraturan di China, termasuk larangan berkendara saat mabuk, diloloskan setelah ada kasus besar yang melibatkan seseorang. Jika kita bisa menggunakan hukum untuk menuntun moral dan etika, maka masyarakat kita tidak akan terpuruk," kata seorang pengacara Zhu Yongping.

Diskusi mengenai hal ini telah dilakukan oleh sedikitnya 10 partai dan pemerintah lokal, serta beberapa organisasi kemasyarakatan di Guangdong. Di antara organisasi-organisasi tersebut adalah komisi politik dan hukum, federasi perempuan China, akademi ilmu sosial dan Liga Pemuda Komunis.

Kantor berita BBC melaporkan, gagasan peraturan baru tersebut banyak ditentang masyarakat melalui survei di internet. "Sebelum itu, pikirkan dulu bagaimana jadi orang yang beradab," kata salah seorang pengguna internet.

Insiden memilukan menimpa bocah dua tahun bernama Yueyue yang terekam dalam kamera CCTV. Yueyue dilindas oleh mobil sebanyak dua kali. Sebanyak 18 orang yang melintas mengacuhkan Yueyue yang terkapar bersimbah darah. Seorang pemulung tua menyelamatkan Yueyue yang langsung dilarikan ke rumah sakit.

Karena hebatnya tabrakan, saat ini Yueyue masih dalam keadaan koma. Dokter menyatakan otaknya sudah mati dan tidak lagi berfungsi. Kini hidupnya bergantung pada alat penopang kehidupan.

Peristiwa ini memicu kemarahan publik China dan dunia. Dalam berbagai situs media sosial, masyarakat mengutuk tindakan pengabaian Yueyue sebagai tindakan tidak beradab dan tidak bermoral. (umi)
• VIVAnews
VIVAnews - Bocah wanita dua tahun yang dilindas dua mobil dan dibiarkan terkapar di jalan kota Foshan, provinsi Guangzhou, China, tidak memiliki lagi harapan untuk hidup. Sekarang, orangtua bocah bernama Yueyue itu harus membuat keputusan yang luar biasa sulit.

Dokter di rumah sakit militer Guangzhou yang merawat Yueyue telah memastikan otak bocah malang itu telah mati dan tidak berfungsi. Dengan demikian, Yueyue ibarat mayat hidup. Bernafas, tapi tidak bisa melakukan apapun. Tinggal menunggu waktu sampai hembusan nafasnya yang terakhir.

"Yueyue dalam keadaan koma berat dan secara klinis otaknya sudah mati," kata dokter yang tidak disebutkan namanya tersebut, dilansir dari laman Xinhua, Rabu 19 Oktober 2011.

Orangtua Yueyue yang hanya seorang pekerja miskin, kini mengambil keputusan pahit; kapan waktu yang tepat mencabut alat penopang kehidupan gadis cilik itu. Keputusan yang tidak diinginkan orangtua manapun di dunia.

Kondisi kesehatan Yueyue, yang berarti kebahagiaan kecil, dilaporkan secara langsung di sebuah situs di internet khusus mengulas masalah ini. Berbagai spekulasi berdatangan.
Awalnya dikatakan Yueyue mulai membaik, kondisinya sudah stabil, namun memang otaknya masih belum pulih. Namun, pada Rabu sore laporan kondisi Yueyue terhenti. Awalnya, dikatakan Yueyue telah meninggal, namun hal ini tidak dapat dikonfirmasi.

Insiden yang menimpa Yueyue mengundang kemarahan publik China dan dunia. Tubuh mungil Yueyue dilindas mobil van, terkapar penuh darah. Tapi para pejalan kaki yang melintas hanya melihat tanpa memberikan bantuan. Beruntung, seorang pemulung tua membantu gadis kecil ini.

Jutaan pengguna internet di China menyampaikan komentar murka mereka. Kebanyakan mengatakan bahwa ada yang salah dengan modernisasi di China dan mempertanyakan slogan harmonisasi yang diusung pemerintah China.

Kasus Yueyue seakan menambah satu lagi kemarahan yang dialami China. Sebelumnya, China dikatakan telah menderita akibat korupsi di tubuh politik dan bisnis, lemahnya penegakan hukum, polusi yang menyebabkan angka penderita kanker bertambah, dan semakin lebarnya jurang si kaya dan si miskin.

Masyarakat Foshan, China, mengacuhkan balita yang tertabrak van di jalan. (TVS)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Entah apa yang ada di benar warga Provinsi Guangdong, China. Mereka tega membiarkan seorang bayi berusia dua tahun tergeletak bersimbah darah di tengah jalan. Banyak di antara warga setempat hanya melintas santai dan melaluinya begitu saja. Padahal balita perempuan malang itu baru saja ditabrak dua mobil dan butuh pertolongan segera.

Peristiwa tragis ini terekam kamera pengawas dan disiarkan oleh stasiun televisi Guandong Selatan (TVS) serta dilansir kantor berita Xinhua, Senin 17 Oktober 2011. Tak pelak, rekaman itu menuai kecaman dan dikutuk masyarakat dan media China. Mereka menyatakan kejadian ini merupakan bukti ambruknya moral masyarakat Negeri Tirai Bambu.

Dalam rekaman tersebut terlihat balita itu ditabrak lari oleh sebuah van berwarna putih di jalan seberang pasar di kota Foshan, Guangdong, pada 13 Oktober lalu. Dengan tubuh berlumuran darah, gadis malang itu terkapar tak berdaya di aspal. Terlihat pada rekaman, puluhan orang yang lalu lalang di sekelilingnya, baik bersepeda maupun berjalan kaki, hanya melihat tak acuh, melengos, dan berlalu begitu saja. Tak satupun dari mereka tergerak menolong.
Gara-gara ketidakpedulian yang luar biasa itu, derita sang balita bertambah berat. Sebuah van kembali menabraknya dan lagi-lagi tancap gas. Beruntung, ada seorang pemulung tua yang menyelamatkan gadis itu dan menyerahkannya ke ibunya. 
Gadis kecil yang tidak disebutkan namanya tersebut berada dalam keadaan koma. Nyawanya bergantung pada alat penopang kehidupan di sebuah rumah sakit militer. Polisi mengatakan kedua pengemudi van telah ditahan. Namun itu tak menyurutkan amarah publik China, yang berang melihat begitu rendahnya empati warga Foshan.

Kemarahan publik ditumpahkan di media massa maupun berbagai forum di Internet. Mereka mempertanyakan ke mana moral bangsa China yang sempat mereka bangga-banggakan dulu.
"Masyarakat kita sakit. Bahkan kucing dan anjing tidak pantas diperlakukan seperti itu," ujar salah seorang pengguna Internet.

Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat moral masyarakat China memang menjadi isu panas. Gara-gara derasnya kapitalisme dan materialisme, nilai-nilai kemanusiaan di China dikatakan memudar.
Peristiwa memiriskan itu memang bukan baru kali pertama terjadi.

Pada 2 September lalu, seorang tua berusia 88 tahun jatuh pingsan di jalan. Wajahnya menghantam trotoar. Nahas, tak ada seorang pun yang datang membantunya. Dia pun meninggal akibat darah yang keluar dari hidungnya menyumbat saluran nafasnya. (umi)
• VIVAnews